Ngobrol Bareng Bersama Tim Gugus Covid Fransiskus

Di tengah situasi yang tidak menentu saat pandemi covid-19. Bahkan beberapa bulan terakhir ini kita dikejutkan oleh lonjakan kasus yang luar biasa. Keadaan ini tentu saja menimbulkan rasa cemas, panik, gelisah untuk sebagian besar masyarakat. Berdasarkan situasi tersebut, Tim Gugus Covid Fransiskus yang diketuai oleh Bapak Ferry Fredericus Pakpahan, S.Pd memprakarsai acara ‘Ngobrol Bareng’ secara live streaming dengan topik “MENGELOLA KECEMASAN DI MASA PANDEMI COVID-19” pada Jumat, 23 Juli 2021 pukul 16.00 WIB. Harapannya kegiatan ngobrol bareng dapat berguna dan kita dapat membagikannya kepada sesama. “Jika seorang saudara tertinggal karena sakit, dimanapun juga dia berada, saudara-saudara lain tidak boleh membiarkannya (St. Fransiskus Assisi)”, salah satu ajaran Santo Fransiskus Assisi itu pula yang menyemangati tim gugus ini perlu melakukan sharing pengalaman bersama tentang masalah-masalah yang muncul di masa pandemi saat ini. Kegiatan ini dipandu dengan apik oleh Bapak Shaolin Silalahi, S.Pd. (pengajar di Yayasan Santo Fransiskus Jakarta).

Pada sessi pertama, kita diajak berdiskusi bersama dengan pemateri yang sangat luar biasa. Beliau seorang biarawan yang berprofesi sebagia dokter. Beliau adalah dr. Br. Albertus Bambang Tri Margono, OFM yang saat ini bertugas sebagai dokter umum di RSU Santo Yusup Boro, Kulonprogo, DIY. Beliau pernah bertugas di RS Sint. Carolus Jakarta, Dokter Intership di RSUD Atambua, dokter tetap di Klinik Utama Rawat Inap Maria Regina Kotabumi, Lampung, dokter Penanggung jawab Klinik Kusta dan Klinik St. Odilia Bayun, Asmat, Papua. Dengan segudang pengalaman tugas tersebut, tepatlah kita mengundang Beliau untuk berbagi pengalaman.

Pemaparan Beliau yang berjudul “CEMAS COVID-19, Bagaimana Kita Menyikapinya?” diawali dengan penggambaran situasi yang diliput dari berbagai media. Kondisi lonjakan kasus yang luar biasa yang semakin mencemaskan masyarakat dan tidak tahu harus berbuat apa. Cemas/perasaan tidak tenteram yang termanifestasi dalam bentuk gejala fisik, emosi, dan pikiran di masa pandemi ini sangat perlu kita sikapi dengan bijak agar tidak berlarut dan menimbulkan gangguan jiwa. Secara runut Beliau memaparkan secara umum apa itu virus covid-19 dan bagaimana penyebarannya. Virus yang sangat kecil ini (0,1 um) melekat dalam droplet (batuk, bersin), atau aerosol (semacam uap air dari pernapasan). Ada 3 pintu masuk virus ini yang perlu kita waspadai yaitu saluran napas (hidung), saluran pencernakan (dari mulut), dan permukaan mata. Terapi yang perlu dilakukan untuk menghindari virus tersebut adalah dengan meningkatkan imunitas (multivitamin), mengurangi keluhan, mengurangi replikasi/perkembangan virus dengan antivirus, mengatasi inflamasi/hiperimflamasi, dan mencegah terjadinya infeksi sekunder. Dan bagaimana kita menjaga saturasi (O2 dalam darah) kita stabil, menurut dr. Bambang kita harus mengurangi perasaan cemas, karena kecemasan yang berlebihan akan mengurangi kandungan O2 dalam darah.

Sebagai penutup pemaparan ini, Beliau meberikan resep bagaimana cara kita menyikapi Pandemi Covid-19 dengan bijak, dan bagaimana kita mengatasi gangguan cemas. Hal yang pertama adalah kita harus percaya akan sumber informasi yang benar. Kedua, mengurangi intensitas paparan terhadap berita-berita tentang Covid-19 yang simpang siur, membingungkan yang membuat kita semakin cemas. Anjurannya kita lihat berita pagi saja, misalnya, tidak setiap saat (pagi, siang, malam). Ketiga, melakukan tindakan yang dapat mengontrol penularan covid-19 dengan mematuhi protokol kesehatan secara benar. Keempat, mengisi waktu dengan kegiatan yang positif. Kelima, menjalin komunikasi dengan orang lain yang dipercaya.

Pada sessi kedua dalan ngobrol bareng ini kita menghadirkan seoramg wanita yang luar biasa. Beliau adalah Dr. Endang Moerdopo, M.Si, C.Ht., dosen tetap Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Yogyakarta, Instruktur Softskill Komunitas Perempuan Keumala. Beliau pernah menjabat sebagai konsultan di UPJ, Ketua Jurusan Public Relaction, Fakultas Ilmu Komunikasi , Universitas Indonesia Esa Unggul, sebagai Pembicara Tamu di Universitas Malaya, dan Kepala Pengembangan dan Evaluasi, Pusat Pembelajaran Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD, Nias. Selain itu Beliau juga penulis buku Lassamana Malahayati : Sang Perempuan Keumala (2018), Jerit Rindu dari Lingko Bukit Rengge Komba (2018), dan Perempuan Keumala, Sejarah Novel Persembahan untuk Nanggro (2018). Dari sepak terjang profesi Beliau yang luar biasa tersebut, tidak salah lagi tim gugus covid Yayasan Santo Fransiskus Jakarta mengundang Dr. Endang  untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan kita tentang bagaimana mengelola/mengatasi kecemasan di masa pandemi. Hampir 78% populasi dunia menderita depresi dan kecemasan (sumber WHO) sebagai efek pendemi covid-19 mendera (cepat marah, cepat capai dsb).

Menurut Dr. Endang kondisi pandemi saat ini sebenarnya bisa dinikmati dengan menyenangkan. Masalah yang kita hadapi adalah “mau atau tidak” atau “mau tidak mau” kita menghadapinya. Apakah kita akan terus-menerus cemas menjalaninya. Nah, tentu saja tidak. Jika kita tetap “SURVIVE” kita harus berani berubah. Kita harus melihat situasi pandemi ini denga sudut pandang yang berbeda, mencoba untuk bergeser agar kita tidak terpaku pada kondisi yang tidak menyenangkan ini. Untuk memotivasi kita semua Beliau menutip pendapat Anne Frank, “Saya tidak memikirkan semua kesengsaraan, tetapi keindahan yang tersisa”. Kita masih melihat hal-hal yang indah dibalik berita-berita yang tidak menyenangkan. Aspek posiif dari pandemi/PPKM adalah ini adalah waktu yang tepat untuk kita lebih mengenal diri kita, untuk diam, bersyukur, dan untuk meningkatkan kualitas kebersamaan keluarga. Enam tips yang harus kita lakukan adalah tetap tenang, jaga prokes sebagai habits baru, tetap membuka kontak komunikasi, bersikap positif dan kreatif, bijak mendengarkan informasi, dan ciptakan suasana yang menyenangkan untuk mengindari kebosanan.

alah satu cara meningkatkan imun adalah berusaha tetap sibuk, lakukan dan nikmati aktivitas (masak, olahraga, berjemur, menulis dsb.) dengan senang hati. Kegiatan inovasi  yang perlu kita coba juga misalnya piknik sederhana di teras rumah/kebun, dan mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Kita harus sadar beul bahwa kita tinggal di rumah untuk kebaikan bersama. Maka, kita perlu nikmati dengan iklas, sabar, tenang, dan yakin akan bai-baik saja, hari-hari di rumah menjadi menyenangkan (good day). Teknis bagaimana kita meredakan kecemasan. Teknik tersebut adalah latihan pernapasan, bergerak, sentuhan, dan hening/meditasi. Sangat menarik di akhir sessi beliau mencoba salah satu teknik.

Di akhir kegiatan ini dibuka forum diskusi dan tanya jawab. Antusias peserta baik dari guru, orang tua, dan peserta didik terlihat nyata dengan banyaknya pertanyaan yang disampaikan kepada kedua pemateri.  Pertanyaan-pertanyaan sederhana yang setiap hari dialami yaiu, berapa lama virus itu bertahan hidup  dalan cipratan droplet, bagaimana sikap kita jika kita terindikasi OTG, dan apakah efektif jika kita menyemprotkan disenfektan di masker. Dan beberapa pertanyaan bagaimana kita tetap bersikap positif, diskriminasi terhadap orang/tetangga yang terpapar. Semua pertanyaan telah dijelaskan dengan baik. Sungguh webinar ini sangat membuka cara berpikir kita agar lebih bijak menghadapi masa pandemi saat ini. Salam sehat selau.

Kontributor : Iviginea Ida Rahayu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

sixteen − 5 =