Webinar Kebangsaan : Menanamkan Nilai-nilai Kebangsaan dan Semangat Cinta Tanah Air

Dalam rangka mengisi kegiatan MPLS di hari ketiga, Rabu, 14 Juli 2021 Yayasan Santo Fransiskus Jakarta menyelenggarakan Webinar Kebangsaan dengan topik “Menanamkan Nilai-nilai Kebangsaan dan Semangat Cinta Tanah Air”. Seperti yang disampaikan oleh Pater L. Mateus Batubara, OFM di pengantar webinar, tahun ajaran 2021-2022 Yayasan Santo Fransiskus menetapkan tema Menanamkan Nilai-nilai Kebangsaan dalam Proses Pendidikan. Hal ini bercermin pada situasi dan kondisi bangsa kita yang diwarnai radikalisme, mementingkan diri sendiri/kelompok, dan diskriminasi. Dalam kondisi bangsa yang mulai terpecah-pecah maka nilai-nilai kebangsaan perlu ditanamkan kepada para peserta didik, guru, karyawan dan juga mendasari seluruh proses belajar mengajar. Nilai-nilai kebangsaan ini juga ada kemiripin/kesamaan dengan visi Yayasan Santo Fransiskus, bagaimana sekolah ini menjadi persaudaraan yang “Pax et Bonum”, mendidik siswa dalam relasi yang holistik dan pembawa damai. Dengan webinar ini Pater Mateus berharap seluruh warga sekolah dicerahkan bahwa membangun semangat persaudaraan dan kebersamaan dalam masa sulit, pandemi seperti saat ini dan memperoleh nilai-nilai yang bermanfaat.

Webinar ini menghadirkan pemateri yaitu Prof. Dr. Paulus Wirutomo, MSc. Sosiolog dan pengajar di UI. Di awal pemaparan, beliau mengajak untuk mengasah rasa kebangsaan, mengembangkan pengetahuan tentang nilai-nilai kebangsaan. Materi yang dipaparkan bertajuk “Jadi Anak yang Pancasila”. Kita harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Menjadi anak Pancasila memerlukan perjuangan yang sungguh-sungguh. Bagaimana menanamkan cinta tanah air dalam era globalisasi saat ini. Kita harus menanamkan semangat cinta tanah air dengan sikap bangga terhadap keindahan alam Indonesia. Memupuk rasa bangga terhadap bangsa Indonesia yang subur makmur, Indonesia yang ‘gemah ripah lohjinawi’. Tempat wisata yang tidak kalah indah dan menawan. Juga kekayaan alam yang luar biasa, yang tidak jarang menggiurkan negara lain untuk memilikinya. Keadaan bangsa yang subur makmur tersebut harus kita pertahankan. Siapa lagi yang akan mempertahankan bangsa dan negara ini jika tidak kita, para generasi muda, dan terutama para siswa yang nantinya akan menjadi tulang punggung bangsa dan negara. Kita harus bersama-sama, bergandeng tangan dalam kebersamaan untuk menjaganya. Terutama juga di masa pandemi covid yang melanda negara dan dunia saat ini. Kita bisa menerapkan nilai-nilai kebangsaan, nilai-nilai Pancasila. Sikap gotong royong masyarakat di masa pandemi meningkat.

Jika kita simak informasi dari media cetak dan elektronik semangat gotong royong dengan tindakan membantu tetangga yang isoman, mendirikan dapur umum, dan banyak lagi yang dengan berbagai cara sederhana untuk meringankan beban sesama. Mari kita bergotong royong juga melalui media sosial untuk membantu orang lain semampu kita. Di akhir pemaparan, Prof. Paulus berpesan pertama, bahwa Pancasila tidak cukup dihapal tetapi dilaksanakan. Kedua, di masa pandemi kita tidak hanya memerlukan obat, vaksin, RS, tetapi juga memerlukan pertolongan, simpati, kepedulian, dan solidaritas dari orang sekitar kita. Ketiga, bangsa kita punya Pancasila yang mengandung nilai-nilai luhur, mari kita hayati dan amalkan. Keempat, Mari kita belajar menjadi baik, menjadi Pancasilais di mana saja dan kapan saja. Kelima, Teladani Santo Fransiskus Asisi yang sangat luar biasa.

Di sesi kedua dalam webinar kali ini menghadirkan Bapak Drs. Albertus Gunawan Purbana, pengajar Sejarah sekaligus Kepala Sekolah SMK Fransiskus 2. Di awal pemaparannya Pak Gun, begitu akrab disapa, menggarisbawahi Pancasila sebagai dasa negara yang menyatukan kita. Pancasila bisa sebagai filter masuknya budaya asing. Pada dasarnya ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu Aman, Bernilai, Dihargai, Dicintai, dan Dipahami. Dengan runtut dan jelas beliau menguraikan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Seperti halnya pendapat Prof. Paulus, Pak Gun juga menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila tidak cukup dihapalkan tetapi harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa pesan yang disampaikan dalam hal cara mendidik anak yaitu pertama, beri motivasi anak, hindari menakut-nakuti. Kedua, arahkan untuk menghargai dan menjaga lingkungan. Ketiga, jangan membiarkan anak berfoya-foya. Keempat, didiklah tanpa kekerasan. Kelima, memberi teladan yang baik dengan prinsip asih, asah, asuh. Penerapan nilai-nilai Pancasila pada masa pandemi seperti saat ini bisa kita lakukan yaitu dengan berdoa, menjaga etika berelasi dengan keluarga dan sesama, bersatu mematuhi protokol kesehatan, taat pada peraturan pemerintah, dan menjalin kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat. Di akhir paparan materi, beliau mengutip motto dari bahasa Jawa yaitu “ Ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono, mulo ayo podho rukun, siji wadah ojo pecah, tetep guyup rukun”, yang artinya jati diri kita bisa dihat dari cara kita berbicara/berkomunikasi dan berbusana. Maka kita harus menjaga perkataan, tindakan dalam relasi dengan orang lain. Marilah kita jaga kerukunan agar tercipta damai dan sejahtera bersama.

Mengakhiri webinar ini para pemateri juga menyediakan waktu untuk berdiskusi dan sharring pengalaman, menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para siswa. Yang tentunya setiap pertanyaan sudah dijawab dengan runut dan jelas. Demikian sekilas informasi yang bisa dihimpun dalam acara webinar Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Yayasan Santo Fransiskus Jakarta dalam raangkaian kegiatan MPLS. Semoga webinar ini bermanfaat. Salam sehat selalu. Pax et Bonum.

Kontributor : Iviginea Ida Rahayu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

18 − 12 =