Student-Centred Learning and Teaching

Kegiatan workshop Yayasan Santo Fransiskus yang ke-4 dilaksanakan pada Sabtu, 29 Mei 2021. Pemateri kali ini adalah Br. Titus Angga Restuaji, OFM, M.Ed.

Apa itu student-centred learning?

Sebuah pertanyaan terlintas disampaikan oleh Bruder Titus sebagai pembuka kegiatan seminar kepada Bapak dan Ibu Guru yang hadir dalam pertemuan kali ini. Suatu kesempatan yang menarik dan menjadi penguatan dalam memperbaiki serta mempersiapkan metode pembelajaran untuk diterapkan tahun ajaran baru 2021/2022 yang lebih baik. Pembelajaran yang menerapkan model student-centred learning berarti menjadikan murid sebagai pelaku proses tersebut dengan memberikan murid ruang untuk mengonstruksi atau membangun pengetahuan mereka sendiri, dan guru berperan sebagai fasilitator (Kember, D., 1997; O’Neill & McMahon, 2005).

Proses pembelajaran yang efektif tentu tidak terlepas dari peran guru yang terus berusaha mencari solusi dan metode pembelajaran yang terbaik untuk anak didiknya. Pada masa pandemi covid-19, Bapak dan Ibu guru berupaya berinovasi, kreatif, tetap update informasi-informasi terbaru dan mempersiapkan prangkat pembelajaran dengan baik.

Secara luas, Student Centered Learning didasarkan pada konstruktivisme sebagai teori pembelajaran yang dibangun pada gagasan bahwa siswa-siswi harus membangun motivasi dan merekonstruksi pengetahuan untuk belajar secara efektif, ketika dengan belajar menjadi paling efektif sebagai bagian dari suatu kegiatan dan siswa-siswi mengalami perubahan yang lebih baik.

Metode Student-Centred Learning ini memiliki beberapa karakteristik antara lain:
1. Pembelajaran yang bersifat aktif
2. Penekanan pada kedalaman dan pemahaman pembelajaran
3. Meningkatkan tanggungjawab dan akuntabilitas siwa-siswi
4. Meningkatkan otonomi siswa-siswi
5. Saling keterkaitan dan mendukung antara guru dan siswa
6. Sikap saling menghormati antara guru dengan murid
7. Pendekatan proses belajar-mengajar yang reflektif dari pihak guru dan murid

Dalam penerapannya, metode Student-Centred Learning memiliki kelebihan juga yang menjadi dorongan untuk diimplementasikan dalam proses belajar mengajar antara lain:

  1. Peserta didik akan dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya karena mereka diberikan kesempatan yang luas untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
  2. Tumbuhnya suasana demokratis dari dialog dan diskusi yang terjadi
  3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi pengajar maupun siswa-siswi karena sesuatu yang disampaikan mungkin tidak diketahui sebelumnya.
  4. Mengenalkan hubungan antara pengetahuan dan dunia nyata.
  5. Mendorong siswa-siswi ikut berpartisipasi secara aktif dan berpikir kritis.

Sebagai kesimpulan bahwa student-centred learning merupakan suatu usaha yang baik dan efektif dalam meningkatkan independensi dan tanggungjawab siswa-siswi dalam proses belajar. Pembelajaran jarak jauh menjadi kesempatan untuk memberikan siswa-siswi kesempatan lebih besar dalam memilih apa yang ingin mereka pelajari secara bertanggungjawab serta diperluhkan kerja sama antara guru, lembaga sekolah, orang tua dan pihak Yayasan dalam mendukung siswa-siswi menjadi pembelajaran yang memahami esensi maupun makna dari proses Pendidikan mereka.

Kegiatan Workshop pada kesempatan ini sangat bermanfaat bagi Bapak dan Ibu guru dalam mengevaluasi dan mempersiapkan perangkat pembelajaran dan metode pembelajaran yang lebih baik untuk siswa-siswi Fransiskus.

Kontributor : Fransiskus Regis Flavianus, S.Pd
(UNIT SMA 2 KAMPUNG AMBON)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

7 + 19 =