Ngobrol Bareng Tentang Panggilan

“Pilihlah apa yang dicintai. Cintai apa yang dipilih. Sampai ke tulang”

“Mencintai Tuhan Sampai ke Tulang” – “TO THE BONE”

 

Awal Kata

Salam damai dan kebaikan.., salam sehat untuk kita semua.

Saudari dan saudara yang baik, sebagaimana kita ketahui bersama, dalam Liturgi Gereja Katolik, setiap Hari Minggu Paskah Pekan Keempat (25 April 2021 yang lalu) dirayakan secara khusus Hari Minggu Panggilan. Dalam rangka perayaan Hari Minggu Panggilan tersebut, pada hari Kamis, 06 Mei 2021, pukul 16.00 – 17.45 WIB  diselenggarakan sebuah acara “ngobrol bareng tentang Panggilan” secara virtual melalui live streaming channel Youtube Yayasan Santo Fransiskus Jakarta dan link zoom meeting.

Bagaimana serunya acara “ngobrol bareng tentang panggilan” yang disiarkan secara live streaming Youtube? Seperti apa kiranya acara “ngobrol bareng tentang panggilan” itu? Dalam tulisan singkat ini, penulis hendak membagikan sebuah tulisan singkat yang mudah-mudahan bisa bermanfaat serta menginspirasi para pembaca sekalian. Selamat membaca….

“Ngobrol Bareng Tentang Panggilan”

Acara ngobrol bareng ini berlangsung cukup menarik dipandu oleh host yang “apik” dalam memainkan perannya sebagai pengarah jalannya ngobrol bareng ini. Tepat pukul 16.10 WIB acara dibuka oleh host, yakni Sdri. Tantri Moerdopo; dihadiri oleh para narasumber dan pembawa sharing pengalaman hidup panggilan menjadi Imam, Bruder dan Suster, yaitu: 1) Prof. Dr. Paulus Wirutomo (seorang Sosiologi), 2) P. Mikael Peruhe, OFM (Minister Provinsi OFM Indonesia)  3) P. Tauchen H. Girsang, OFM. 4) Br. Rahmat Simamora, OFM. 5) Br. Aloysius Triyono, OFM. 6) Sr. Fransita, F.Ch. 7) Sr. Mariana, AK. 8) P. Mateus Batubara, OFM (Ketua Yayasan St. Fransiskus Jakarta) dan 9) Rm. Adji Prabowo, Pr.  Siapa saja yang mendukung acara “ngobrol bareng” ini ya? Menurut informasi yang penulis terima, terselenggara acara virtual lewat link zoom dan live streaming pada Youtube channel ini atas kerjasama yang baik antara beberapa Lembaga, yakni: Yayasan Santo Fransiskus Jakarta, Persaudaraan Fransiskan Provinsi Santo Malaikat Agung – OFM Indonesia, Yayasan Karya Persekolahan dan Rumah Pendidikan Konggregasi Suster Fransiskus Charitas, Palembang serta didukung dengan penampilan Tim musik “The Aquila band”, yang rupanya membuat banyak peserta acara ini berdecak kagum.

Dalam arahannya, pada awal acara “ngobrol bareng tentang panggilan” ini, Pater Mikael Peruhe, OFM – selaku Pelayan Persaudaraan OFM Indonesia menyampaikan dua point penting berkaitan dengan panggilan. Pertama, panggilan hidup manusia biasanya dilihat  identik dengan panggilan khusus hidup religius – panggilan hidup membiara, menjadi Imam, Bruder, Suster dan Frater. Tetapi sebenarnya sekarang ini ada juga, bermunculan kelompok-kelompok kaum awam yang juga sungguh-sungguh mengkhususkan diri, mempersembahkan diri mereka, sepertihalnya corak hidup membiara. Kedua, panggilan hidup manusia harus senantiasa memancarkan cerah ceria, sukacita dan kegembiraan yang nyata, sebagaimana yang pernah disampaikan pula oleh Paus Fransiskus dalam sebuah kesempatan beliau, untuk mengingatkan kembali para religius terhadap penghayatan hidup panggilan yang sudah mereka hayati. Ketiga, menjadi seorang religius, entah sebagai Imam, Bruder, Suster dan Frater, dalam sejarah gereja awal dihubungkan dengan satu tindakan konkrit dengan apa yang disebut “fuga mundi – lari dari dunia yang ramai, dunia yang dianggap jahat, tidak Ilahi, dunia yang palsu, dunia yang tidak damai, yang jauh dari Tuhan. Namun dalam konteks zaman ini, Gereja melalui Bapa Suci Paus Fransiskus menegaskan kembali tentang arti dan makna panggilan hidup religius – membiara. Nah, pada zaman kita sekarang ini, Bapa Suci Paus Fransiskus menegaskan bahwa kita dipanggil dari dunia untuk kembali ke dunia, artinya bahwa siapapun dan dimana pun, seorang religius harus juga merasa terlibat dalam dunia; seorang religius hendaknya tidak menutup mata dan mau peduli terhadap situasi dunia zaman dewasa ini.

Kiranya, ada tiga hal penting yang kiranya perlu disadari oleh setiap pribadi yang merasa terpanggil oleh Tuhan untuk memilih jalan panggilan hidup religius, yakni: pertama, percaya bahwa ia benar dipanggil oleh Tuhan dan kemudian menyerahkan diri seutuhnya kepada kehendak Allah. Kedua, seorang yang merasa terpanggil tentunya dalam dirinya memiliki kesediaan dan keterbukaan diri untuk menjawab panggilan Tuhan, tentu saja dengan bebas, penuh sukacita – tanpa adanya paksaanKetiga, dalam diri seorang yang merasa terpanggil harus setia, berkomitmen terhadap jalan panggilan hidup yang sudah ia pilih.

Selanjutnya, tentang pilihan panggilan hidup manusia, entah sebagai kaum awam hidup berkeluarga maupun dalam panggilan hidup religius menjadi Imam, Bruder, Suster dan Frater; ada satu point penting yang disampaikan oleh Prof. Dr. Paulus Wirutomo, seorang Sosiolog, yakni apapun pilihan panggilan hidup kita, kiranya senantiasa kita hayati sungguh-sungguh secara profesional, dengan segala konsekuensi, tugas pekerjaan dan pelayanan kita masing-masing.

Dalam sesi pertama, setelah penampilan nyanyian yang berjudul “Tiap Langkahku” – dari “The Aquila Band”, host mengundang dan mengajak para peserta untuk ngobrol bareng bersama Rm. Aji, Pr., P. Tauchen, OFM dan Sr. Fransita, F.Ch. Dari ketiga narasumber ini, ada satu hal yang dapat kita pelajari, yakni bagaimana penghayatan panggilan hidup menjadi Imam, Bruder dan suster hendaklah senantiasa sungguh membawa sukacita dalam karya pelayanan; “kami yang telah memilih mau menjadi Imam, Bruder dan Suster”, haruslah dapat menemukan serta mengalami kebahagiaan hidup, dimanapun kami diutus bekerja dan bersama siapa pun kami berada, demikian penuturan Romo Aji, Pater Tauchen dan Suster Fransita. Dari sharing dan “ngobrol bareng tentang panggilan” sesi pertama ini, penulis juga mengambil satu benang merah, yakni soal ketaatan kami, para Imam dan kaum religius yang menjadi Bruder, Suster maupun Frater. Dalam menerima tugas perutusan yang dipercayakan Pimpinan kami, kiranya penting untuk selalu kami sadari hal itu sebagai wujud nyata kehendak Allah yang boleh kami hayati secara nyata pula.

Dalam sesi kedua acara “ngobrol bareng tentang panggilan” ini, dihadirkan tiga orang narasumber, yakni Br. Triyono, OFM, Br. Rachmat, OFM., dan Sr. Mariana, AK. Menarik, bahwa dari kedua bruder dan suster ini, penulis dapat membagikan satu dua point dari sharing mereka. Bahwa dalam memilih jalan hidup panggilan menjadi bruder dan suster, kami juga mengalami pergulatan dan tantangan tersendiri; dan hal ini hendaklah menjadi sesuatu yang bisa memurnikan motivasi panggilan kami hingga saat ini, karena kami sungguh menyadari akan pilihan terhadap apa yang kami cintai – dan selanjutnya kami terus berjuang untuk semakin mampu mencintai apa yang telah kami pilih…mencintai Tuhan sampai ke tulang”  *To The Bone –

 Akhir Kata

Dalam bagian akhir acara “ngobrol bareng tantang panggilan” ini, Romo Mateus berkenan menyampaikan kata akhir sekaligus peneguhan bagi para peserta, narasumber dan kita sekalian yang menyaksikan acara ini. Bahwa kita yang telah, sedang dan akan memilih jalan hidup panggilan tetaplah relevan untuk menghayati jalan panggilan hidup membiara, menjadi Imam, Bruder dan Suster. Kita hidup pada situasi zaman yang masing-masing berbeda keadaan, tuntutan serta pengalaman panggilan hidup kita. Dan yang terpenting bagi kita adalah bagaimana usaha kita setiap hari mampu beradaptasi – menyesuaikan diri dengan situasi zaman kehidupan yang kita kita jalani.*

Terima kasih, untuk kita semua…, salah damai dan kebaikan, salam sehat dan bahagia.

Kontributor : Rahmat Simamora OFM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

9 − 1 =