Menggali Potensi Sekolah dan Semua yang Terlibat di Dalamnya

WEBINAR PENDIDIKAN

DALAM RANGKA HUT KE-56 YAYASAN SANTO FRANSISKUS JAKARTA

“MENGGALI POTENSI SEKOLAH

DAN SEMUA YANG TERLIBAT DI DALAMNYA”

 

Pengantar

Salam Pax et Bonum, semoga Tuhan memberi kita damai…

Para pembaca yang budiman, masih dalam rangka perayaan Hari Ulang Tahun yang ke-56, Yayasan Santo Fransiskus Jakarta, diselenggarakan acara webinar pendidikan yang diikuti oleh para guru pendidik dan tenaga kependidikan bersama warga tujuh unit Satuan Pendidikan dalam naungan Yayasan Santo Fransiskus Jakarta. Acara webinar pendidikan tersebut diselenggarakan pada hari Sabtu, 30 Oktober 2021 yang lalu, disiarkan melalui link zoom meeting dan channel Youtube “Fransiskan Art Media”. Dalam acara webinar itu, panitia mengundang dan menghadirkan secara virtual, dua orang narasumber yang menurut moderator dalam pengantar awalnya “kedua narasumber punya wewenang ilmiah untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan topic webinar ini”. Dua orang narasumber yang penulis maksudkan, yakni:

1). Pastor Dr. Vinsensius Darmin Mbula, OFM (Ketua Majelis Nasional Pendidikan Katolik – MNPK),

2). Pastor Mateus Leonardus Batubara, OFM, MBA. (KetuaYayasan Santo Fransiskus Jakarta).

– dengan didukung langsung oleh Pastor Yohanes Boli Tukan, OFM. yang dalam acara webinar kali ini bertindak sebagai moderator.

David Cooperrider, seorang Guru Besar pegiat Dunia Pendidikan, Ketua Fairmount Minerals dan Profesor Kewirausahaan Sosial di Weatherhead School of Management di Case Western Reserve University, dan Direktur Fakultas di Pusat Bisnis sebagai Agen Manfaat Dunia di Case; pada sekitar tahun 2000-an memperkenalkan terminologi Appreciative Inquiry (AI), yang berfokus pada penggalian dan pengembangan kelebihan yang ada pada setiap unsur organisasi, terutama manusianya. Appreciative Inquiry adalah sebuah metode yang mentransformasikan kapasitas sistem manusia untuk perubahan yang positif dengan menfokuskan pada pengalaman pribadi yang podiiff (misalkan capaian-capaiaan prestasi) dan harapan-harapannya di masa depan. Dalam konteks pendidikan dan pelatihan SDM,  Appreciative Inquiry antara lain digunakan untuk penggerak perubahan budaya, pengambangan diri, coaching dan monitoring. Berikut adalah kutipan pemikiran dari Cooperrider:

 Appreciative Inquiry is the cooperative search for the best in people, their organizations, and the world around them. It involves systematic discovery of what gives a system ‘life’ when it is most effective and capable in economic, ecological, and human terms. Appreciative Inquiry involves the art and practice of asking questions that strengthen a system’s capacity to heighten positive potential.” –

“Appreciative Inquiry adalah pencarian kooperatif untuk orang-orang terbaik, organisasi mereka, dan dunia di sekitar mereka. Ini melibatkan penemuan sistematis tentang apa yang memberi sistem ‘kehidupan’ ketika itu paling efektif dan mampu dalam hal ekonomi, ekologi, dan manusia. Appreciative Inquiry melibatkan seni dan praktik mengajukan pertanyaan yang memperkuat kapasitas sistem untuk meningkatkan potensi positif.”

Nah, saudari dan saudara, para pembaca yang baik, seperti apa acara webinar pendidikan Yayasan Santo Fransiskus Jakarta tersebut berlangsung? Dan bagaimana menariknya paparan informasi penting dari para narasumber webinar pendidikan saat itu? Tulisan ini hendak membagikan sejumlah informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan acara webinar, alur, proses dan informasi-informasi yang disampaikan oleh kedua narasumber seputar topik pembicaraan “MENGGALI POTENSI SEKOLAH DAN SEMUA YANG TERLIBAT DI DALAMNYA”; yang hendaknya dapat bermanfaat bagi seluruh peserta webinar pada umumnya, dan bagi para guru pendidik sekolah-sekolah Fransiskus Jakarta pada khususnya. Harapan kami, semoga dengan membaca tulisan ini, Anda sekalian memperoleh hal-hal yang baik, informasi yang relevan dalam konteks pelaksanaan, penghayatan tugas dan panggilan kita sebagai guru, pendidik dewasa ini. Sekian dan terima kasih, selamat membaca…

 

“MENGGALI POTENSI SEKOLAH-SEKOLAH KATOLIK

DAN SEMUA YANG TERLIBAT DI SEKOLAH”

_Pastor DR. VINSENSIUS DARMIN MBULA, OFM_

                           

Catatan awal

Pada bagian awal paparannya, narasumber pertama menyampaikan beberapa point sebagai catatan awal. Catatan awal ini diuraikan dalam konteks “glonakal”, artinya konteks global, konteks nasional dan konteks lokal, tentang bagaimana potensi sekolah-sekolah katolik hadir dalam tujuan pendidikannya, yakni mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan anak dalam proses belajar. Hal ini hendak menegaskan kepada para peserta webinar tentang Visi Pendidikan Katolik”, yang senantiasa memandang pribadi manusia sebagai manusia yang berharkat dan bermartabat luhur.

Dalam sesi ini, narasumber menunjukkan kepada para peserta webinar, sejumlah pertanyaan yang dalam webinar ini kiranya hendak dijawab, diberikan solusi berkaitan dengan potensi sekolah-sekolah Katolik. Beberapa pertanyaan tersebut adalah: 1) Apa ciri khas pendidikan Katolik? 2) Bagaimanakah sekolah Katolik sungguh menjadi sarana dan tanda keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia? 3) Bagaimana pula Gereja Katolik Indonesia menempatkan pendidikan itu dalam konteks Indonesia? 4) Apa saja tantangan-tantangan dalam rangka perwujudan visi itu bagi sekolah Katolik saat ini dan di masa depan?

Bagian selanjutnya, narasumber menguraikan empat karakteristik Lembaga Pendidikan Katolik (LPK) yang kiranya penting untuk disegarkan kembali dalam pola berpikir dan bekerja seluruh guru pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah-sekolah Katolik dewasa ini.

Empat karateristik Lembaga Pendidikan Katolik :

  1. Misi dan identitas
  2. Pengelolaan kepemimpinan – “leadership”
  3. “Design” kurikulum
  4. Tata kelola penyelenggaraan sekolah

Prinsip-prinsip dasar Pendidikan

  1. Pendidikan adalah hak semua orang; sekolah Katolik senantiasa perlu mewujudkan suasana dialog, kerjasama tim, inklusif, damai dan kebaikan.
  2. Sekolah Katolik adalah sebuah wadah sharing keselamatan; artinya, sekolah Katolik diupayakan untuk dapat menjadi tempat yang nyaman dalam membagikan segala yang baik dan menyelamatkan.
  3. Sekolah Katolik selaras dengan kodrat keluarga; sekolah Katolik menjadi tempat untuk melengkapi pembinaan anak yang sudah dimulai dari keluarga, sebagai sumber pendidikan yang pertama dan utama.
  4. Sekolah Katolik hendaknya menjadi tempat yang holistik dan integral dalam pengembangan iman dan ilmu serta pengetahuan para warga sekolah.
  5. Sekolah Katolik hendaknya juga mewujudkan sikap keberpihakan kepada orang kecil, keluarga miskin, dan kaum termarjinal.

Pada bagian akhir, narasumber memberikan catatan akhir yang diuraikan sebagai berikut:

  • Lembaga Pendidikan katolik (LPK) di Indonesia selama ini telah menghasilkan buah-buah yang baik bagi kehidupan masyarakat
  • Lembaga Pendidian Katolik (LPK) saat ini bertahan di tengah arus perubahan zaman yang sangat cepat.
  • Lembaga PendidikanKatolik (LPK) tetap memiliki daya pikat dan daya tahan karena berkomitmen untuk setia pada visi Pendidikan Katolik.
  • Lembaga Pendidikan Katolik (LPK) tetap terus berkarya sebab berakar pada ciri khas Katolik, unggul dalam pendampingan dan lebih berpihak kepada orang kecil.
  • Lembaga Pendidikan Katolik (LPK) tentu saja tetap menjadi kabar baik, unggul dan berpihak pada orang kecil dengan memperhatikan visi dan misi pendidikan Katolik, Tata kelola dan kepemimpinan, menjalankan fungsi dan manajemen yang baik, benar, adil, transparan dan akuntabel serta kredibel.

***

 

 “MERANGKUL KETERBATASAN, MENGGAPAI KESUKSESAN”

­_PASTOR MATEUS LEONARDUS BATUBARA, OFM., MBA._

Dalam sesi kedua webinar pendidikan yang dipandu oleh moderator, menghadirkan Romo Mateus Batubara, OFM dengan berbagai informasi berkaitan dengan topik “MERANGKUL KETERBATASAN, MENGGAPAI KESUKSESAN”. Melalui satu pertanyaan kecil, narasumber mengajak semua peserta webinar yang hadir padal link zoom, untuk pertama-tama membangun pemahaman dasar tentang kecerdasan yang dimiliki masing-masing pribadi manusia. Alur atau outline pemaparan yang ditawarkan oleh narasumber ada enam point, yakni: 1) OECD PISA – Yidan Prize Foundation, 2) Hasil PISA Tahun 2018, 3) Growth Mindset – hasil penelitian, 4) Growth Mindset VS Keterbatasan, 5) Fransiskus dan Keterbatasan, 6) Penutup.  Nah, para pembaca yang baik, mari kita ikuti setiap point pemaparan yang disampaikan narasumber dalam sesi kedua ini.

1). PISA (Programme for International Student Assessment) – Yidan Prize Foundation

PISA – Yidan Prize Foundation adalah organisasi kerjasama dan pembangunan ekonomi; yang selama ini melakukan “research, penelitian” yang berkaitan dengan gerakan sekelompok orang yang berkecimpung dalam pengembangan tingkat pendidikan masing-masing negara. Tokoh yang terkenal dalam PISA yaitu Dr. Charles Chen Yidan, dengan motto:

“Zero to infinity : how education unlock endless possibilities” –  “bagaimana pendidikan dapat membuka kemungkinan yang tak terbatas;    pendidikan mampu menggapai segala-galanya; pendidikan mempunyai satu kunci untuk meraih kesuksesan”   

2). Hasil PISA 2018

Dalam paparannya, ada satu keprihatinan umum yang menjadi trend atau gejala dimana Negara-negara yang selama ini berada dalam peringkat teratas secara terus-menerus; sementara negara-negara yang menduduki peringkat terbawah, selalu ada di bawah, sulit untuk bergerak naik.

3). Growth Mindset – hasil penelitian

Seseorang dengan fixed mindset percaya bahwa kemampuan untuk melakukan sesuatu dipengaruhi oleh faktor genetis/bawaan. Mereka meyakini bahwa keterampilan dan keahlian bersifat terberi (given). Mereka juga menghargai hasil akhir yang bagus. Sementara growth mindset adalah pola pikir yang meyakini bahwa kemampuan dasar dapat dikembangkan melalui kerja keras dan dedikasi, intelegensi, dan bakat hanya merupakan modal awal saja. Seseorang dengan pola pikir ini meyakini bahwa keterampilan dan keahlian merupakan sesuatu yang bisa dibangun dan dikembangkan. Mereka tampak sangat menghargai perbaikan proses. Alhasil, akan ada perbedaan reaksi antara orang dengan fixed mindset dan growth mindset ketika yang bersangkutan menghadapi rintangan atau bentuk-bentuk tantangan serta kegagalan dalam situasi tertentu.

4) Growth Mindset VS Keterbatasan

Pada bagian ini, narasumber memberikan penegasan kepada seluruh peserta webinar pendidikan tentang pemahaman bahwa orang-orang (laki-laki dan perempuan) yang lebih tinggi growth mindset nya adalah kaum perempuan. Kelompok orang-orang yang memiliki usaha dan pekerja keras dapat dipastikan menjadi pribadi-pribadi manusia yang memiliki growth mindset.

5) Fransiskus dan Keterbatasan

Sekolah Fransiskus Jakarta menyadari sungguh kondisi dan keadaan latar belakang siswa yang kebanyakan berasal dari situasi keluarga menengah ke bawah. Refleksi kita bersama adalah bagaimana sikap kita untuk selalu mampu merangkul keterbatasan situasi situasi dan latar belakang keluarga, bukan menolak dan menghindari keterbatasan tersebut.

6) Penutup

* Growth mindset sejalan dengan Injil Mateus 25:14-30 (Perumpamaan tentang hamba yang diberikan talenta dan mengembangkan talenta itu).

* Keterbatasan ekonomi menjadi pemicu Sekolah Fransiskus untuk berkembang bila Growth mindset diwujudkan

* Peran guru yang growth mindset sangat menentukan bagi pencapaian akademik siswa.

 

Demikian para pembaca sekalian, beberapa point uraian materi dari kedua narasumber dalam kesempatan acara webinar pendidikan ini. Sekali lagi, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi Anda sekalian yang membacanya. Terima kasih, salam sehat selalu.

Kontributor: Br. Rahmat Simamora OFM

Youtube Channel :

Screenshot selama webinar :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

twelve − 11 =